Rabu, 15 Februari 2012

Buat Dian, Sumahardika

Setelah lama aku tak membuka blog ini, ternyata blogku masih tetap segitu-gitu ajah. Karena tak ada inspirasi, dan aku rasa puisi karya suma ini pantas untuk aku pasang di sini, jadi aku pasang aja. hmmm...Puisi ini implisit banget, pertamanya aku gag ngerti, tapi setelah mengonfirmasi ke pengarangnya ternyata artinya dalem bangett.. (so sweet gitu kata anak zaman sekarang). Coba deh baca!!
:)

Buat Dian

Dian terdiam
Menusuk rusuk
Mendesak sesak
Menderu biru
Pilu


Adalah Dewi Bulan yang sedang merajut dian
Di sebuah persimpangan jalan
Kala itu, hujan tengah bercengkrama dengan sisa kemarau
Dan pohon masih sibuk menghitung tetes air yang membasuhi dirinya
“Ah, suryakah ia, sampai Dewi Bulanpun merajutkannya cahaya?”
“Oh, tilemkah ia, sampai Dewi Bulanpun merajutkannya cahaya?”
Sayup-sayup para dewa dan dewi semakin jelas terdengar
Membius percakapan hujan dan sisa kemarau
Juga menghapus tetes air di pepohonan

Dian terdiam
Menusuk rusuk
Mendesak sesak
Menderu biru
Pilu

Adalah dian yang telah usai dirajut Sang Dewi Bulan
Ditinggalkannya di sebuah persimpangan jalan
Namun tak sekalipun berdian
Hanya gerimis yang menghiasi jejak rajutan sang Dewi
Serta tetes air menggenangi setiap kehangatan yang ditinggalkannya

Dian terdiam
Menusuk rusuk
ukh

Sejuk

Sumahardika

Tidak ada komentar:

Posting Komentar