Setelah lama aku tak membuka blog ini, ternyata blogku masih tetap segitu-gitu ajah. Karena tak ada inspirasi, dan aku rasa puisi karya suma ini pantas untuk aku pasang di sini, jadi aku pasang aja. hmmm...Puisi ini implisit banget, pertamanya aku gag ngerti, tapi setelah mengonfirmasi ke pengarangnya ternyata artinya dalem bangett.. (so sweet gitu kata anak zaman sekarang). Coba deh baca!!
:)
Buat
Dian
Dian
terdiam
Menusuk
rusuk
Mendesak
sesak
Menderu
biru
Pilu
Adalah Dewi Bulan yang sedang merajut dian
Di sebuah persimpangan jalan
Kala itu, hujan tengah bercengkrama dengan sisa
kemarau
Dan pohon masih sibuk menghitung tetes air yang membasuhi
dirinya
“Ah, suryakah
ia, sampai Dewi Bulanpun merajutkannya cahaya?”
“Oh, tilemkah
ia, sampai Dewi Bulanpun merajutkannya cahaya?”
Sayup-sayup para dewa dan dewi semakin jelas
terdengar
Membius percakapan hujan dan sisa kemarau
Juga menghapus tetes air di pepohonan
Dian
terdiam
Menusuk
rusuk
Mendesak
sesak
Menderu
biru
Pilu
Adalah dian yang telah usai dirajut Sang Dewi Bulan
Ditinggalkannya di sebuah persimpangan jalan
Namun tak sekalipun berdian
Hanya gerimis yang menghiasi jejak rajutan sang Dewi
Serta tetes air menggenangi setiap kehangatan yang
ditinggalkannya
Dian
terdiam
Menusuk
rusuk
ukh
Sejuk
Sumahardika