Rabu, 19 September 2012

AKU MENCINTAIMU



Sejak hari itu
Aku memang tak tak tersipu
Tetapi aku malu
Tidak pernah aku menggerutu
Meski kau tetap terpaku
 seperti batu
            sejak hari itu, aku tak henti merajut
            bersama malam berteman candra
            dian yang selalu riang menemani
            tak pernah berpaling
meski gulem selalu  menghampiri
Sejak hari itu, aku memang selalu menelisik
Mencari setiap celah yang berbisik
Bahwa aku mencintaimu
 -putri'12-

Jumat, 20 April 2012

Karena aku...


Karena aku
Justru karena aku benar-benar menyukai mu,
Justru karena aku tulus menyayangi mu,
Aku manjadi luar biasa atas perlakuan mu.
            Justru karena aku sabar menantimu,
            Aku manjadi  pelabuhan  termegah.
Justru karena aku  teramat setia menjagamu,
Aku menjadi  merpati suci di awan bersilap.
            Justru karena aku menjadi peraduan mu,
            Aku menjadi permaisuri terindah dalam lelapmu.
            Karena kau dan aku sarat akan pengharapan.

-IGA POETRI-

Selasa, 28 Februari 2012

Toto Chan itu mendidik

Baru kali ini akau membaca novel "Toto Chan" karya Tetsuko Kuroyanagi. novel ini sudah dicetak sebanyak 13 kali. Aku membaca novel ini pada cetakan ke-13 yang terbit tahun 2007. Awalnya, aku menira bahasa dalam novel ini sangat rumit, karena novel ini memilki setting di negeri sakura. Toto Chan yang bernama asli Tetsuko merupakan gadis cilik yang cerdas dengan kepolosan dan rasa ingin tahu yang tinggi. Toto Chan bersekolah di Tomoe Gakuen setelah dipindahkan dari sekolah asalnya.Tomoe Gakuen mengajarkan Toto Chan tentang apa hakikat belajar yangg sebenarnya. Mr. Kobayashi mengajarkan kepada siswa bahwa, belajar itu tidak selalu harus mengikuti suatu sistem yang bersifat struktural. Mr. Kobayashi memberikan kebebasan kepada siswa untuk memilih mata pelajaran yang paling mereka sukai ketika di sekolah. hal ini mungkin saja dikarenakan agar siswa mampu belajar secara mandiri dan diharapkan berproses dengan tidak mengganggu teman yang lain di sekelilingnya. Penerapan cara belajar yang seperti itu, benar-benar membuat Toto Chan merasa sangat betah berada di sana. Pertma kali ia menginjakkan kakinya di sekolah itu, Toto Chan baru menemui kepala sekolah yang mau mendengarkan ceritanya sampai habis. Sejak itu juga Toto Chan merasa gembira mengenal Mr. Kobayashi. Tidak hanya itu, Mr Kobayashi juga mengajarkan kepada siswa bahwa ketika jam makan siang yang dilaksanakan secara bersama-sama di sekolah, siswa diharuskan membawa "sesuatu dari laut dan pegunungan". Pembelajaran yang diajarkan kepala sekolah kepada siswa benar-benar memberikan pola pikir yang universal bahwa sekolah bukanlah lembaga formal yang hanya membelajarkan bidang akademis. akan tetapi sekolah merupakan tempat yang paling tepat pula untuk membangus sebuah kepriadian, kebiasaan dan keterampilan. Banyak hal yang dapat dipetik dari novel ini, sekolah Tomoe Gakuen ini juga diperuntukkan bagi anak-anak yang kurang beruntung. anak cacat, tidaklah menjadi bahan ejekan ataupun tertawaan, bahkan mereka dirangkul seolah-olah menjadi anak yang sama beruntungnya dengan anak lain.
Meskipun demikian, Tomoe Gakuen yang dibangun Mr Kobayashi pada tahun 1937 harus munah setelah adanya serangan bom ketika  perang antara Jepang dan Uni Soviet yang mengebom Hirosima dan Nagazaki. ketika itu pula mimipi-mimpi anak-anak di Tomoe Gakuen harus sirna bersama ledakan bom yang membuat keadaan menjadi semakin tidak bersahabat. Mr. Kobayashi sangat menyayangkan  hal tersebut. Toto Chan pun sedih karena janjinya kepada Mr. Kobayashi untuk menjadi seorang Guru di Tomoe Gakuen sepertinya tidak akan bisa terwujud. akibat dari peperangan yang menghancurkan seluruh kota di Jepang itu. Apapun itu, dan kejadian apapun Toto Chan selalu senang ketika ia ingat bahwa Tomoe Gakuen adalah sekolah dasar yang memberikan banyak pengalaman baginya, bahwa belajar itu tidak selalu secara sistematis. akan tetapi kebebasan yang bertanggung jawab.

singaraja, 28 Februari 2012'poetri

Rabu, 15 Februari 2012

Buat Dian, Sumahardika

Setelah lama aku tak membuka blog ini, ternyata blogku masih tetap segitu-gitu ajah. Karena tak ada inspirasi, dan aku rasa puisi karya suma ini pantas untuk aku pasang di sini, jadi aku pasang aja. hmmm...Puisi ini implisit banget, pertamanya aku gag ngerti, tapi setelah mengonfirmasi ke pengarangnya ternyata artinya dalem bangett.. (so sweet gitu kata anak zaman sekarang). Coba deh baca!!
:)

Buat Dian

Dian terdiam
Menusuk rusuk
Mendesak sesak
Menderu biru
Pilu


Adalah Dewi Bulan yang sedang merajut dian
Di sebuah persimpangan jalan
Kala itu, hujan tengah bercengkrama dengan sisa kemarau
Dan pohon masih sibuk menghitung tetes air yang membasuhi dirinya
“Ah, suryakah ia, sampai Dewi Bulanpun merajutkannya cahaya?”
“Oh, tilemkah ia, sampai Dewi Bulanpun merajutkannya cahaya?”
Sayup-sayup para dewa dan dewi semakin jelas terdengar
Membius percakapan hujan dan sisa kemarau
Juga menghapus tetes air di pepohonan

Dian terdiam
Menusuk rusuk
Mendesak sesak
Menderu biru
Pilu

Adalah dian yang telah usai dirajut Sang Dewi Bulan
Ditinggalkannya di sebuah persimpangan jalan
Namun tak sekalipun berdian
Hanya gerimis yang menghiasi jejak rajutan sang Dewi
Serta tetes air menggenangi setiap kehangatan yang ditinggalkannya

Dian terdiam
Menusuk rusuk
ukh

Sejuk

Sumahardika

Valentine itu Penting :)

Hari ini, hari pertama setelah hari valentine tahun ini. Sebagian orang menganggap perayaan valentine itu sangat penting.Sebagiannya lagi menganggap bahwa valentine sama dengan hari biasanya. Bahkan ada juga orang yang mengatakan bahwa valentine hanyalah kebudayaan barat yang membuat kita merasa menjadi budak kebudayaan orang. Ketika dipikir-pikir, memang benar bahwa setiap hari adalah hari kasih sayang, memang benar bahwa kebudayaan barat (valentine) telah memperbudak bangsa kita. Akan tetapi, tidak ada salahnya juga merayakan hari valentine tersebut. Setiap orang memiliki cara pandang yang berbeda untuk setiap hal yang mereka lakukan. Setiap orang memiliki cara sendiri untuk menyikapi setiap perayaan hari yang diaanggap bersejarah. dan bagiku, perayaan valentine bukanlah sesuatu yang dianggap terlalu membesar-besarkan kebudayaan orang tetapi hanya menganggap bahwa satu hari itu juga dapat lebih bermakna, ketika kita mengungkapkan sayang dengan penuh kesungguhan. Meskipun setiap hari bisa dikatakan hari kasih sayang. Jadi, bagiku valentine itu agak spesial karena biasanya aku mengungkapkannya dengan memberikan coklat, wafer ataupun biskuit untuk mereka yang cukup dekat denganku. hmmmm.. meskipun murah, tetapi cukup bagiku buat mengungkapkan kalau aku sayang kepada mereka.

Rabu, 04 Januari 2012

AKULAH DIA


Akulah perempuan itu
Perempuan yang selalu menunggu datangnya hujan di tengah gurun
Perempuan yang selalu menunggu kereta di tengah samudra
Perempuan yang tak lelah menanti  mentari berpendar di tengah salju
Perempuan yang tak lelah menanti candra ketika tilem
Perempuan yang tak henti menelisik jarum di tengah jerami
Perempuan yang tak henti menghitung jelaga di kedua jemarimu
Akulah dia…
Dia …
Si perempuan yang tak pernah menyulutkan api di tengah hujan

Ayu Putri Puspita'2012

Selasa, 03 Januari 2012

Bunga Pucuk Bang, penyebab kebingungan masyarakat


        Pada zaman dahulu diceritakan di sebuah desa hiduplah masyarakat yang taat melakukan upacara keagamaan. Masyarakat beraliran Hindu memercayai bahwa kehidupan masyarakat akan harmonis jika dilaksanakan upacara keagamaan berupa piodalan (upacara pemujaan terhadap Tuhan dengan mengaturkan sesaji). Piodalan yang jatuh setiap enam bulan sekali pada hari Buda Umanis Julungwangi (Rabu Umanis) ini merupakan upacara kebesaran yang dinanti-nanti masyarakat. Suatu ketika tepat di hari perayaan piodalan yang dirayakan di pura Pucak Manik Desa Adat Petang, pelaksanaan piodalan terbesar yang disebut dengan karya padudusan agung lan mendem pedagingan ini dihadiri oleh seluruh warga desa dan warga desa seberang  yang konon katanya mendapat undangan untuk menghadiri upacara piodalan tersebut.
Ketika piodalan (upacara keagamaan masyarakat hindu di pura berupa persembahyangan bersama dengan menggunakan sesaji/persembahan sesuai tingkatan tertentu) di Pura Pucak Manik, Desa Adat Petang ini berlangsung, seorang pemedek (orang yang datang untuk sembangyang ke pura) laki-laki dengan gagah akan tangkil (sembanhyang ke pura) menggunakan  hiasan di telinganya berupa bunga pucuk bang (bunga kembang sepatu berwarna merah). Laki-laki itu begitu gagah dengan kepercayaan dirinya menggunakan bunga itu sebagai hiasan di telinganya. Alhasil, pemedek tersebut mengalami suatu kejadian yang sangat aneh. Ketika hendak ke pura, seperti biasa pemedek harus melalui jalan umum di dekat pasar Petang. Setelah memasuki jalan ke arah timur di depan pasar, pemedek itu tidak menemukan jalan menuju pura. Pemedek  tersebut berputar-putar mengelilingi jalan dekat pura hingga ada orang yang menyadari bahwa orang itu tengah kebingungan. Setelah ditanyakan, pemedek tersebut ternyata akan sembahyang ke Pura Pucak Manik. Sekian lama diperhatikan, ternyata pemedek  itu menggunakan bunga pucuk bang di daun telinganya. Bunga tersebut merupakan bunga yang tidak diperbolehkan untuk digunakan ketika ke Pura Pucak Manik.  Penduduk desa meyakini sebuah kepercayaan bahwa masyarakat tidak boleh menggunakan bunga pucuk bang (bunga kembang sepatu yang berwarna merah) sebagai sarana persembahyangan maupun hiasan yang dikenakan dibagian sanggul untuk perempuan maupun di daun telinga untuk laki-laki.
Konon, bunga tersebut merupakan bunga yang dikenakan di mahkota Ida Betara (manifestasi Tuhan dalam wujud barong) yang menjadi penghias di bagian atas mahkota. Masyarakat memercayai bahwa bunga yang dijadikan mahkota tersebut merupakan bunga kebesaran bagi masyarakat di Desa Petang. Kejadian yang dialami pemedek tersebut diyakini bahwa pemedek tersebut tidak mengindahkan larangan yang dipercayai masyarakat sehingga ia mengalami kejadian seperti kebingan dan tidak tau arah menuju Pura Pucak Manik.
Kejadian di ataslah yang  menjadi penyebab masyarakat memercayai bahwa penggunaan bunga pucuk bang  ketika sembahyang ke Pura Pucak Manik dilarang.

-I Gusti Ayu Putri Puspita Sari/ 0912011004-